Pandangan Pertama


       Kamu tau? Kamu itu lucu, penerang dalam malam-malamku yang sepi. Adakah yang sudah menghiasi hatimu saat ini? Kuharap aku adalah orangnya. Jika tidak, aku bisa berbuat apa benderang? Paling hanya menangis sesenggukan, disertai hati yang pecah dan kering kerontang, sambil melihat punggungmu yang berlalu tanpa menoleh pada rona malam.

       Ya, akulah rona malam, dia gelap dan sunyi tanpa ada benderang. Dan benderang itu adalah kamu sayang .. 

Maaf, aku terlalu takut untuk memberikan seluruh hatiku padamu, aku ini pengecut.. ya, aku tau itu.. aku hanya tak ingin hancur hanya karena ditinggal pergi olehmu, aku hanya tak ingin menyerah pada kata munafik seperti “cinta” yang selalu dituhankan dimana-mana. 

       Tapi sekarang? Bodohnya aku ini, aku hanya diam melihatmu pergi, terkesiap menyaksikan hatiku hancur sendiri. Percuma!!

       Walau sekencang apapun aku meremas bajuku, sesering apapun kuteteskan air mataku, sesulit apapun masa yang kuhadapi tanpamu, sesak ini takkan hilang, yang ada hanya kamu yang terus membayangi pikiran. 

       Kamu tau? Kita ini Mars dan Venus, terlalu berbeda untuk jadi satu. Bahkan aku tak percaya dengan cerita-cerita klise yang selalu dielu-elukan teman-temanku.

“Cinta bisa mengatasi segala perbedaan”
katanya. Apa benar? Kenapa bagiku kata-kata itu sinetron sekali rasanya tuan? Kenyataan yang ada sangat berbeda dengan cerita-cerita khayalan. Aku tak sedewasa yang aku kira, dan kamu tak mengerti, begitu juga sebaliknya. 


       Kita ini terlalu rapuh, lemah pada apa yang membuat kita satu. Tapi mau bagaimana, hatiku telah dicuri olehmu sampai tak tersisa, sampai aku tak punya apa-apa lagi sekarang..

       Ya, Aku adalah putra yang hilang dalam kegelapan, dan kamu adalah penyelamatnya. Maaf, aku telalu lemah untuk selalu bertahan dengan rapuhnya kamu. Aku terlalu egois untuk mengakui kecintaanku padamu, bahkan aku terlalu sombong untuk menangis di depanmu.Sekarang, duniaku berhenti berputar, bahkan aku tak becus mengerjakan pekerjaan ringan, selalu saja ada yang salah di tengah jalan. 

Aku selalu limbung, mataku sipit dan bengkak di sekitarnya, wajahku kacau penuh bekas air mata, ahh.. aku tak tau bagaimana dia bisa terus mengalir tanpa kupinta, jikalau waktu telah lelah menghimpitnya, dia akan berhenti sejenak, lalu mengalir lagi di menit yang berbeda.

Kamu tau?

      Kamu itu penyebab rindu, sampai dia lelah terus menunggu, pembuat marathon dalam jantung hatiku. Waktu bagai musuh bebuyutan dalam agenda kita, pertanda akan ada perpisahan dan jeda. Ah mengapa kamu tak berubah jadi jam tanganku saja, yang selalu bisa kubawa-bawa tanpa takut pada hilangnya kebersamaan kita. 


      Saat kamu kikuk melihat wajahku yang malu, kamu selalu menggosok-gosok hidungmu, wajahmu ikut memerah, dan kamu selalu pura-pura sibuk melihat kesana-kemari tanpa pernah melepas genggaman tanganmu padaku.

      Ya, akulah bumi yang membutuhkan matahari, dan matahari itu adalah kamu..

Maaf, aku hanya bisa berteriak pada malam itu, berharap saat itu hanya salah satu mimpi burukku dan aku akan terkesiap, terbangun dengan terengah-engah. Namun, seberapa kencang aku berteriak pun, aku tak kunjung bangun, apa yang salah denganku? Mengapa duniaku berbalik 180 derajat tanpa aku mau? Padahal kamu telah berusaha menarik tanganku,membuatku jatuh dalam pelukanmu.. untuk terakhir kali, jikalau memang semua ini telah berakhir..

Kamu tau?

         Kamu adalah pembuat senyum dalam hari-hari penatku, aku selalu membuat alasan palsu hanya untuk bertemu denganmu, aku selalu bilang kalau aku ingin belajar bersama dengan teman-teman, padahal aku hanya ingin melihat wajahmu walaupun hanya sebentar.

         Memandang kerlingan matamu saat menggodaku, merasakan sentuhan tanganmu saat kamu membelai sayang kepalaku, mendengar suaramu walau kamu akan mengomel karena aku selalu pulang larut malam, Ya, aku adalah pluto-mu, dan kamu adalah mars-ku.
 
          Maaf, sepertinya aku akan menangis lagi malam ini. Entah sudah berapa banyak air mata yang jatuh sia-sia, aku tak peduli lagi! Karena hatiku ini telah layu, kosong tak bersisa, yang ada hanya luka menggores dimana-mana. Apa kabarmu disana sayang? Apakah hatimu sama matinya seperti aku? Ahhhh.. bahkan aku tak berani membayangkan jika perasaanmu telah hilang. 

          Aku bisa mati! Saking tak ada arah yang ingin aku tentukan, lalu bagaimana ini? Bagaimana nasib hatiku nanti? Bagaimana jika dia tak bisa terobati? Aku tak ingin tidur malam ini, terlalu takut untuk bertemu denganmu.. dalam mimpi burukku yang ke sekian kali.